Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 24 Desember 2010

Lihai Tarian Daun Gugur


Lena Sa’yati, Anggota Komunitas Matapena



            Hari ini semuanya terungkap, sepanjang jalan yang telah kami ikuti kini sampai pada batasnya, setiap apa yang dipertanyakan kini mendapat jawabannya. Di tengah lapangan hijau nanluas, dia memeluk erat seorang wangan, di sekelilingnya para pendosa hanya merongrong meratapi nasibnya tanpa sedikitpun merasa bersalah. Sungguh menyakitkan. Dan lihatlah, air mata yang tak henti-henti berlinangan dipipinya itu telah menjadi bukti rasa perih yang menyakitkan. Tanah yang basah, beserta hujan yang mengguyur bumi menjadi saksinya.
            “ Aku tak percaya ini,”
            “ Sulit untuk dipercaya, “
            “ Bagaimana mungkin kita sama sekali tak mengetahuinya?”
Sekelumit rasa ketidakpercayaan kami terhadap situasi ini cukup menjelaskan betapa Ia begitu lihai menyembunyikan semua ini.
***
            Namanya Ibu Halimah, Ia seorang janda terhormat yang pernah kami temukan dijagat ini. Perangainya baik, wajahnya teduh, tutur katanya sopan, namun berwibawa tinggi. Ibu Halimah cerdas luar biasa. Dan selain itu, Ia juga kaya raya.
            Kami selalu membanggakannya karena Ibu Halimah berjiwa sosial tinggi. Dari kekayaannya itu, dengan besar hati Ia telah berhasil mendirikan enam lembaga pendidikan dan dua panti asuhan. Dari mulai yang terkecil PAUD, sampai taraf seusia kami yaitu SMA, Ibu Halimahlah pemilik sekaligus kepala sekolahnya. Namun, sehubungan keadaannya yang semakin sibuk, Ibu Halimah kini hanya menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA saja, sedangkan yang lain Ia serahkan pada rekan-rekannya yang Ia pecaya. Namun yang selalu membuat kami merasa heran, mengapa Ia tidak pernah menyampaikan pidato pada saat upacara hari senin. Selalu tidak hadir, dan kami selalu tak pernah mendapatkan jawaban atas ketidak hadirannya itu.
            “ Kenapa Ibu Halimah tidak pernah sekalipun pidato pada upacara hari senin?” Aku memulai percakapan di meja kantin pada sang itu.
            “ Apa kamu tidak paham dengan keadaan beliau yang notabene termasuk orang yang super sibuk? Bayangkan, enam lembaga, Na, enam lembaga!” Sinta mengacung-acungkan jempolnya kedepan mukaku.
            “ Ah, tidak masalah bagiku tidak mendengar pidatonya. Toh aku sudah tahu bagaimana intonasi, mimik,ritme dan sopan santunnya saat berpidato pada acara kenaikan kelas. Pasti kalau upacara hari seninpun tak akan jauh berbeda.” Indah ikut menyahut sesaat sebelum Ia menyedot minumannya.
            “ Yang justru membuatku aneh itu, kenapa Ibu Halimah tidak pernah bercerita sedikitpun mengenai anaknya!...” Itu Lina. Namun kembali Indah menyahut,
            “ Dari sosok Ibu Halimah yang rupawan, sudah dipastikan anaknyapun ganteng, kalau laki-laki, dan pasti cantik, kalau perempuan.”
            “ Tapi umur anaknya berapa ya? Anaknya sekolah dimana? Kemudian, berapa sebenarnya anak Ibu Halimah itu? “
Di samping percakapan mereka itu kemudian ada satu lagi pertanyaan yang membuat hasrat ingin tahuku kembali membuncah untuk menguaknya. Lina benar, selama tiga tahun kami mengenal sosok Ibu Halimah, mengapa tidak pernah ada kabar sedikitpun tentang siapa anaknya? Berapakah umurnya? Sekolah dimana? Atau bahkan mungkin Ibu Halimah tidak mempunyai anak sama sekali karena dari dulu Ia sudah menjadi janda? Sifat kuriousitasku muncul lagi. Dan aku harus tahu jawabannya!
***
            Pada hari itu kami mulai menguntiti setiap gerak-gerik Wanita sosialita itu. Dari balik pagar rumah sebelah, kepala kami saling bersembulan hendak mengintip saat Ibu Halimah kebetulan keluar dari rumah asrinya. Seperti biasa, sudah ada sang sopir yang setia membukakan pintu mobil untuknya. Saat itu Ibu berpakaian layaknya seorang guru, dengan setelan seragam berwarna abu-abu, tas di bahu kanannya, dan sebotol air mineral yang di kepal tangan kirinya.
            “ Apa tidak apa-apa kita bolos sekolah hanya untuk berlaku seperti ini?” Indah mulai merasa tak nyaman dengan misi kami.
            “ Dengar, kita datang kesini bukan hanya untuk percuma. Tapi kita akan menguak semua rasa penasaran dihati setiap orang. Bisa terkenal, kita!” Sinta selalu semangat untuk hal-hal semacam ini.
            “ Hei, apa kalian tidak merasa heran, untuk apa Ibu Halimah menenteng sebotol air mineral? ” Justru malah itu yang aku herankan. Mataku tetap tertuju pada sosok yang kini tengah masuk kedalam mobil itu .
            “ Kenapa kamu bodoh sekali! Untuk apa lagi kalau bukan untuk minum! Kamu pikir orang semacam Ibu Halimah tidak pernah merasa haus, apa?! “ Sinta seperti biasa, selalu menyolot.
            “ Maksudku bukan itu. Tapi benar-benar tidak biasanya. Kalau hanya untuk sekedar minum, Ibu bisa membeli dimana saja. Tidak perlu menenteng botol dari rumah begitu.” Aku keukeuh merasa heran.
            “ Eh, mobilnya jalan! Ayo berangkat!...” Lina mengingatkan. Membuat kami segera bergegas, dan melupakan perseteruan tadi.
***
            Ibu Halimah nampaknya akan mengunjungi lembaga SLB-nya yang telah Ia dirikan bersamaan dengan lembaga-lembaga yang lainnya. Ya kami mafhum kalau Ibu Halimah jarang berada di sekolah, mungkin karena sekolahnya yang lainpun perlu kunjungannya juga. Namun kami baru tahu tentang Sekolah Luar Biasa yang diperuntukan bagi anak-anak autis itu. Itupun karena kami nekat membuntuti Ibu Halimah sampai sejauh ini. Beliau memang seorang wanita berjiwa besar. Statusnya sebagai jandapun tak mampu membuat titelnya sebagai wanita terhormat luntur. Jarang sekali tentunya ada seorang perempuan kaya raya, yang mau menggunakan kekayaannya itu semata-mata untuk turut mencerdaskan anak bangsa. Kalaupun memang ada, paling mereka hanya mampu memberikan sedikit sumbangan saja, itupun dengan syarat nama dermawannya harus disebutkan. Namun perempuan yang satu ini, sungguh luar biasa. Dari sekian hartanya, Ia dengan senang hati menggunakannya untuk membangun institusi-institusi pendidikan dan dua panti asuhan. Dan Ia sendiri tetap ikut andil dalam setiap kepengurusannya. Bahkan Ia dengan senangnya terjun langsung mengajar anak didik dengan cara yang sangat menawan dan enjoy untuk murid-muridnya. Inilah guru. Yang bukan hanya sekedar mengajar, tapi juga guru yang menjadi seorang pendidik.
            Kami mengendap-endap mencoba masuk mengelabui satpam sekolah. Namun akhirnya ketahuan juga.
            “ Kalian siapa? Ada keperluan apa? “ Dengan galak pak Satpam bertanya.
            “ He..he..kami murid Ibu Halimah, mau bertemu beliau, kebetulan Ibu Halimahnya sedang ada di dalam, bukan?” Sinta memberanikan diri sambil memamerkan sederetan gigi-gigi putihnya, cengengesan. Pak Satpam malah melihati kami dari atas kebawah.
            “ Kenapa tidak sekolah? “
            “ Ada hal penting yang ingin kami sampaikan pada Ibu, pak. Maka dari itu izinkan kami masuk ya pak, “ Indah memelas-melas dengan telapak tangan yang dilipat, memohon. Pak Satpam kembali berpikir,
            “ Kami mohon, Pak “ Hanya itu yang bisa aku ucapkan. Pak Satpam memicingkan matanya, mungkin sedang menimang-nimang. Kami saling menyikut satu sama lain, takut tak mendapat izinnya. Namun sejurus kemudian,
            “ Ya, kalian boleh masuk” Ujarnya masih dengan nada galak.
            “ Yes, terimakasih Pak, “ Kami kegirangan.
***
            Ada perasaan ingin menangis saat kami memberanikan diri masuk kedalam. Melihat berbagai macam karakter anak yang memiliki keterbelakangan mental. Yang ini matanya hanya melongo kedepan. Yang itu bibirnya selalu terbuka. Yang satunya tak henti-henti tertawa. Berkali-kali aku beristigfar mengelus dada. Mungkin dari sekian banyak anak-anak itu, pasti ada yang usianya sebenarnya sudah sebaya dengan kami. Tapi masih harus duduk di tempat ini. Bergabung dengan anak yang usianya jauh dibandingkan dirinya. Hatiku meringis. Betapa kami tak pernah bersyukur Allah berikan kesempurnaan jiwa dan lahiriah ini. Kami tidak pernah berfikir bagaimana masa depan kami selanjutnya jika ternyata kami ditakdirkan seperti itu? Bagaimana perasaan orang tua kami? Apakah Mereka akan turut membenci dan mengolok-olok kami sebagaimana orang-orang tak beradab diluar sana? Sekali lagi aku mengusap dada, dan segera memohon ampunan-Nya.
            Langit tampak mendung dengan awan abu yang menutupi bias cahaya matahari siang itu. Kami tak membawa persiapan apapun. Kami mungkin harus pasrah jika nanti ketahuan Ibu halimah bahwa kami telah sejak lama membuntutinya.
            Dari kejauhan, Nampak sosok yang kami cari tengah menengok sebuah kelas yang sedang melaksanakan proses KBM. Bibirnya tersenyum, namun terlihat getir. Mungkin Iapun tak lepas dari perasaan mirisnya melihat rahasia Allah yang di limpahkan pada anak-anak luar biasa itu. Antara senang melihat mereka ceria, sedih lantaran menyadari keterbatasan mereka, dan getir menyelami nasib mereka. Sungguh akupun merasakan hal yang sama.
            “ Riana, lihat itu!...” Lina membuyarkan ketercenunganku. Mataku mengekor telunjuknya yang menunjuk segerombolan anak yang tengah berkelahi di tengah lapang. Hujan mulai deras mengguyur bumi. Dari kejauhan tampak para staf guru berlari hendak menghentikan perkelahian itu. Mereka sampai abai dengan seragamnya yang harus basah kuyup. Halilintar mulai menggelegar, disertai sinar-sinar pantulan kilat. Siang itu menjadi tampak menyeramkan bagi kami. Tapi aku mau tahu sebenarnya apa yang terjadi disana. Maka seketika aku turun juga kelapangan tanpa memperdulikan bajuku yang nantinyapun akan basah kuyup.
            “ Riana!...tunggu!...” Sinta dan Indah memanggil-manggilku. Namun aku abai. Akhirnya merekapun ikut turun kelapangan. Beberapa lama kemudian semua guru sudah turun, sedangkan murid-muridnya hanya menonton di koridor kelas. Ada yang malah tersenyum, tertawa-tawa, atau bahkan ada yang menangis histeris. Luar biasa runyam keadaan siang itu. Pada akhirnya Ibu Halimahpun turun tangan, dan segera menerobos kerumunan.
            “ Ya Allah, Tidaaaaak!!!...” Teriaknya.
            “ Tolong minggir semua, minggir!...” Baru kali ini kami menyaksikan amukannya. Semua orang mundur, termasuk anak-anak luar biasa yang sudah dipisahkan dari perkelahiannya itu. Namun ada satu yang tersisa di tengah-tengah. Yang Ibu Halimah sampai bersila diatas lapangan basah dan mengangkat kepala anak itu kepangkuannya.
            “ De, bangun De…” Ibu Halimah menampar-nampar pipi anak itu. Mimik Bu Halimah luar biasa keakutan, entah mengapa. Mungkin takut anak itu benar-benar tak sadarkan diri. Semua guru semakin merasa was-was. Beberapa mengusap air hujan dari wajahnya. Beberapa lagi memegangi anak-anak yang lain. Dan kamipun mulai ikut was-was. Namun  yang paling mengejutkan adalah,
            “ De, Dede…anakku,…bangun, Nak…bangun,…”
            Ketahuilah, yang kami perkirakan bahwa jikalau Ibu halimah memiliki anak laki-laki pasti wajahnya rupawan, otaknya cerdas, budi pekertinya tinggi. Ternyata siang yang dingin itu, telah membuka gerbang rahasia yang selama ini telah tertutup rapat itu. Dia, yang badannya gempal, pipinya telah biru-biru karena ditonjoki teman-temannya yang lain, lalu wajahnya yang sudah mulai memucat lantaran terlalu lama terguyur hujan, yang saat itu tengah berada dipangkuan Ibu Halimah itu adalah anaknya! Bukan siapa-siapa, dia adalah anak kandung Ibu Halimah. Anak yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa itu adalah anak seorang perempuan berintelektual dan berbudi tinggi bernama Ibu Halimah! Rasanya setiap titik hujan yang menghinggapi badan ini adalah titik-titik paku yang silih berganti menghujami tubuh ini dengan tajamnya. Kami semua tercengang. Dan kau tahu, botol air mineral yang di tenteng Ibu itu khusus diperuntukan buat anak tercintanya itu.
            “ Dede!!....Dede bangun, nak…hiks, hiks, jangan tinggalkan Bunda…” Dengan suara yang hampir tercekat, Ibu halimah meronta-ronta mendapati anaknya sudah tak sadarkan diri. Tangisnya meraung-raung memecah suara guyuran hujan. Anaknya telah tiada. Dan tak ada lagi yang tersisa.
            Sekarang kami tahu kenapa Ia senang sekali mendirikan lembaga pendidikan. Itu adalah bentuk pelampiasannya terhadap seorang anak. Ia mungkin merasa mendapat kesenangan batin saat bisa mengajar dan bertemu dengan anak-anak yang normal pada umumnya. Dan kenapa setiap senin Ia tak pernah ada di Sekolah, karena Ia harus berada di Sekolah Luar biasa ini.
            Ibu halimah dengan takdir pahit yang harus diterimanya. Kehilangan suami, kehilangan anak, dan kehilangan kebahagiaan yang sesungguhnya. Namun Ia tak kehilangan akhlak mulianya, luhur budinya. Ibu Halimah dengan kepahitan dan kesedihannya itu, laksana daun yang gugur namun tetap lihai menari bersama angin seiring jatuhnya kebumi. Aku menyimpan kisah ini dalam benakku, dalam-dalam, dan sekalipun tak akan pernah terlupa.
Taman Ilmu
25 Desember 2010
09.52

Sirnanya Hati di balik perempuan Misterius

 Oleh : Mulya nur jannah
Anggota Matapena Tasik divisi Perpustakaan 2010-2011

Sahabat...
Sirnanya hati karena lentera yang kau berikan tadi malam...
Seandainya gelap, aku tak mungkin bisa mengenalmu...
Saat itu...
Engkau seperti malaikat yang diutus tuhan untuk memberikan lentera itu...
Kamu cukup misterius untuk aku kenal...
Tapi...
Aku cukup bahagia mengenalmu...
Kamu mengarjakan aku banyak hal...
menjalani hidup yang penuh dengan tantangan...
Kamu terlalu baik untuk aku kenal...
Namun aku berharap aku bisa sepertimu ...
Membentangkan kebaikan kepada orang lain...
dan aku salah satu orang yang merasakan ...
Aku fikir aku tak lebih dari seekor merpati putih...
yang mencari tempat dimana ia akan berteduh...
Tatkala malam Ia melayang tak tentu arah..
Karena lentera itulah aku bisa melakukannya...
Bahkan aku mendapatkan tempat untuk berteduh...
Dimana tempat itu terlalu asing bagiku...
Sekarang aku tak peduli lagi dengan semiua masa laluku yang suram...
Ku harap kamu bisa membuka hatimu...
Untuk menyimpan katamaafku...

  Seandainya Azira menyadari hidufnya tak seperti langit Azira hidup ibarat sebuah awan ,awan yang hanya bisa bergerak kala angin menghempaskannya , berharap tak ada hujan di matanya .
  ''Ayah cukup ...............''Teriak Azira
Saat itu orang tuanya bertengkar entah apa yang mereka masalahkan saat itu , Rasanya kejadian itu membuat nya merasa tak betah berada di rumah .
  ''Bu, Ayah .....!!! Azira kecewa sama kalian kenapa tak ada sedikitpun tawa di keluarga kita Azira butuh itu bukan ini yang Azira harapkan dari kalian Azira butuh kasih sayang kalian, Azira benci sama kalian."

  Air matanya jatuh tak seperti yang diinginkan memandang kedua wajah yang sangat ia sayangi, marah, kecewa, sayang, semua menyatu tanpa arah di hatinya.
Setelah lama berdiri menatap kedua wajah mereka entah ini yang terakhir atau bukan, Azira melangkahkan kakinya keluar rumah, tak ada jawaban yang keluar saat itu hanya seutas keheningan yang menggenang rasa bersalah di wajah mereka.
Ternyata suramnya hidup Azira dengan keluarga yang sat ini ia jalani.
  " Hei...........ngelamun zir????" ucap Rika.
Suara itu menyadarkan lamunan Azira.
  " Alah loe naggetin ajja rfik" tepisnya
  "Azira sadar donk ini uddah jam istirahat tau" timpalnya
  "Kenapa aku ingat kejadian itu??? gak aku harus kuat aku akan nikmatin hidup yang sekarang mewarnai hidupku" batinnya.
  "Hei mau gak?????" ucapnya lagi.
  "Iya iya tunggu"
Mereka terus berjalan menelusuri kelas, kelas yang mereka lewati, tapiiiiii
Brug..................
  "Au jerit orang itu".
Orang itu terjatuh Azira tidak sadar dirinyalah yang menabrak perempuan didepannya, Azira memang apatis dengan perasaan orang lain.
  "heh kalaau jalan liat liat donk!!!! punya mata gak sih loe?????" tepis Azira.
Perempuan itu hanya tersenyum.
  "Kenapa dia malah tersenyum" ucap batinnya.
  "Salam kenal Zir aku Mika, semoga kamu bisa cepet berubah ya,...!!" timpalnya.
Perempuan itu pergi dari hadapan Azira dan Rika.
  "Siapa sih orang itu????? Di lihat dari wajahnya dia seperti anak baru" fikirnya.
Wajah didepannya barusan memang asing di mata Azira namun ia tidak menghiraukannya.

  Setelah jam sekolah selesai Azira dan Rika berniat menemui ayah dan ibu Azira memastikan mereka sudah berbaikan berharap akan ada tawa, berharap tak ada lagi air mata di mata Azira.Tapi apa yang Azira dapatkan????? ternyata harapan demi harapan yang kian Azira rangkai sudah tidak berarti lagi di hatinya.
  "ayah???????" ucap Azira
  "Azira????" ayah terjkejut sewaktu Azira melihat dia dudk bersampingan dengan perempuan lain kedua mata mereka tak lepas melihat keadaan, mungkinkh kejadian ini adalah luka kedua yang di berikan ayah.
  "Oh jadi ini yang ayah lakukan disaat saat keluarga kita seperti sekarang??? Ayah jadikan kesempatan untuk berduaan dengan perempuan gila kaya dia sambil menunjuk perempuan yang sedang berduaan dengan ayahnya itu. Heh......sihir apa yang uddah loe kasih ke bokap gue dengan mendorong pundak perempuan itu hingga jatuh" tepisnya.
Tapi perempuan itu malah tersenyum dan menjawab perkataan yang Azira katakan.
  "Ayhah kamu saja yang mau denganku...."ucapnya.
Azira geram dengan apa yang ia dengar.......lalu..............
Plak..................tangan Azira mendarat di pipi perempuan itu.
  "Azira cukup.......".kesal ayahnya.

Tangan ayahnya sudah hampir menampar Azira.
  "Tampar yah..... tampar Azira gak peduli.....Ayah sadar gak sih???? Azira kesini tuh Azira kangen sama ayah, tapi apa yang ayah kasih ke Azira???inikah yang ayah kasih buat Azira????? Azira benci sama ayah".
Rika fdan Azira berlari keluar. Perasaan Azira benar benar tak karuan saat itu. Entah apa yang ia rasakan???? yang pasti ia benar benar membenci ayahnya.
  "Rik!! kenapa hidup aku tuh kaya gini trus??????"
Dia hanya terdiam dan berkata aneh kepada temannya itu.
  "Ma'af zir bukannya aku gak mau menolong kamu tapi aku tidak mau ikut campur dengan urusanmu. Jujur ya aku nyesel punya temen kaya kamu yang bisanya cuma nyusahin doank.... aku cape liat semua masalah kamu. Kamu itu terlalu sombong sama orang orang yang ada di sekitarmu, mungkin ini balasan untukmu aku harap kamu bisa berintrofeksi diri dengan apa yang telah aku ucapkan padamu".
Rika pergi meninggalkan Azira sendiri.Azira terdiam mendengar perketaan temannya itu. Seandainya semuanya dapat terlukiskan mungkin kejadian ini tak akan terjadi selainkan kehilangan keluarganya ia juga kehilangan sahabat dekatnya mungkinkah Azira mampu maenjalani waktu yang akan ia ubah. Azira hanya terdiam menangis sepi menepis keadaan.
Setelah lama berjalan dari kejauhan Azira melihat sosok perempuan yang sedikit Azira kenal.
  "Mika??????????"
Azira teringat akan kesalahannya pada Mika ketika dulu ia menabraknya,perempuan itu vcukup misteriusuntuk di kenal sedikitpun Azira tidak mengenal Mika karena memang dia anak baru di sekolah. Saat itu Azira merasa bersalah pada Mika.
  "Azira????? lagi ngapain kamu malem malem gini disini???? kamu udah sholat belom?? pasti belom ya????" candanya.
 Azira hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya.
  "Zir kamu kenapa sih???? apa kamu lagi sedih ya????? aku liat liat sih wajah kamu bener bener keliatan sedih,,, cerita donk!!!! ayo.........." bujuknya.
Azira pun malah memeluk Mika dengan erat dan diapun menangis dipelukannya.
  "Zir kamu kenapa tiba tiba nagis???? coba sekarang kamu cerita aja ma aku!!! Insya Alloh aku akan cari solusi buat semua masalah kamu......."
  "Mika maafin aku ya!!!!!!! selama ini aku udah punya banyak salah ma kamu, apa kamu mau maafin aku????".
  "Ya Alloh Zir kamu itu kenapa sih??? nyantai aja lagi lagian dari dulu aku itu udah maafin kamu".jawabnya.
Azira benar benar terkejut setelah mendengar jawaban azira rasanya cukup membuat azira merasa tenang dengan beberapa masalah yang hadir Mika nasih mau memaap kan kesalahan Azira meski Azira tau perasaan mika saat itu memang kecewa sama dirinya .
  ''makasih zir...!!!!!!''jawabnya
  ''trus km nangis kenapa ada masalah ???km cerita sama aku siapa tau aku bisa bantu kamu !!'' pinta Mika
  ''mik sebenarnya aku bingung ... dengan apa yang udah terjadi pada hidup aku , aku kehilangan semua orang yang berarti dalam  hidup aku kenapa km masih bisa memaapkan aku di mata orang lain saja aku udah di pandang sebelah mata apa lagi sama kamu !" jelasnya.
  "ooh jadi maksudnya kamu berubah hanya karena masalah ini ? dari awal aku yakin kok kalau kamu itu anaknya baik ! sekarang aku tahu apa penyebabnya." Ujarnya.
  Malam itu Azira menceritakan semua masalahnya pada Mika. Rasanya sedikit tenang, meskipun memang keadaannya belum begitu baik. Dengan menceritakannya saja Azira sudah cukup lega.
  "Makasih ya Mik ! Karena kamu, aku bisa berfikir hidup ini memang penuh dengan tantangan. Namun karena semangat dan bujukan dari kamu, aku yakin kalau aku bisa melakukannya !." Ucap Azira.
  Ternyata memang hidup itu tidak selalu berada di atas, kapanpun dan bagaimanapun kita bisa saja jatuh ke bawah.Ternyata inilah hidup Azira. Kini Ia sadari tak seharusnya Ia merubah sikapnya, hanya karena bentuk cobaan yang mewarnainya. Tapi berusahalah untuk bisa tegar.

Rabu, 22 Desember 2010

Ratu Nyontek !! Oh no !!

 Oleh : Nafi'ah Nurfadhillah
Anggota Matapena Tasik Divisi Blog, 2010-2011

Dipagi hari yang cerah. Seperti biasa, aku berangkat ke sekolah bersama dengan sahabatku Syaira. Syaira anak yang baik, sejak kecil aku sudah bersama dengannya.Saat di perjalanan, aku merasa akan terjadi hal yang tidak ku inginkan.
Sesampainya di kelas, aku melihat teman-temanku sedang serius membaca buku, tepatnya "FISIKA". Aku berjalan melewati bangku temanku Rista. Ia anak yang rajin, maksudku dalam kegiatan NYONTEK.
  "Hey..rajin banget pagi-pagi gini udah buka buku ! pake ada acara ngafal segala lagi ! jhaaaa !" Tanyaku mengganggu keseriusan temanku itu.
  "Yey..kemana aja loe !!! kalau sekarang gak ada ulangan dari Pak Simanjuntak, gue juga gak bakal mau rajin-rajin baca buku ! lagian tebelnya udah kaya kamus aja !" Jawab Rista agak sewot.
  "Hah?? ulangan?? kapan diumuminnya ?? gila, gue belum belajar lagi !! bisa mati gue !!" Jawabku spontan.
  "Udah dari kemaren kali ! makanya kalau pelajaran Pak Simanjuntak jangan tidur mulu ! rasain loe !   haaa...haaa.." Ristapun tertawa melihat ketegangan diwajahku.

Pak Simanjuntak adalah guru yang sangat galak dikalangan guru-guru yang lain. Beliau termasuk guru yang sangat menyebalkan. Panggilan kesayangan anak kelas 9-3 padanya adalah Mr.Rious.
  "Tek...tek...tek..." Suara sepatu Mr. Rious membuat seisi kelas terdiam seketika.Tiba-tiba...
  "Kumpulkan semua buku dan tidak ada satu buku atau kertas pun di atas meja ! jika saya menemukan siapa orangnya, lihat saja rapornya nanti !" Ancaman Mr. Rious membuat jantungku terasa ingin copot.

Selama ulangan, tidak bosan-bosannya Mr. Rious mengelilingi bangku satu persatu murid yang sedang mengerjakan soal. Saat Mr. Rious sedang asyik duduk di bangkunya, aku melihat wajah teman-temanku seperti tidak berdaya. Seakan sedang menghadapi masalah yang sangat besar yaitu soal ulanagan yang diberikan oleh Pak. simanjuntak. Namun saat aku menoleh ke samping kananku, aku melihat keseriusan Rossa dalam mengerjakan soal. Wajar saja, karena Ia adalah murid yang berprestasi di sekolah unggulan ini yaitu SMPN 109 Jakarta. Karena kecerdasannya, membuatnya menjadi anak yang sombong. Hampir semua anak di sekolah ini tidak menyukainya karena kesombongannya itu.

Kembali lagi aku melihat soal "FISIKA" yang diberikan oleh Mr. Rious dan membuat kepalaku terasa ingin pecah. Bayangkan saja dari 8 soal, hanya 6 yang dapat ku jawab.
  "Lima menit lagi !!! selesai tidak selesai, harus dikumpulkan." Jelas Pak. Simanjuntak membuta seisi kelas ramai dengan teriakan anak-anak, kecuali Rossa. Ia terlihat santai mengerjakan soal itu. Tidak lama kemudian....
  "Waktu habis !!! kumpulkan semuanya !" Teriakan Pak.simanjuntak menggemparkan kelas. Mau tak mau aku harus mengumpulkan kertas ulanganku.

  "Teeet...teet...teet...!!!" Bel istirahat pun berbunyi.
Kelas mulai ramai kembali saat Mr. Rious pergi meninggalkan kelas.
  "Hey... kalian puas tidak dengan ulangan tadi?" tanya ketua kelasku.
  "Tidak!!! jawabku dan teman-teman serentak.
  "Gimana mau puas, kalau kalian tidak belajar! untungnya aku mempunyai kelebihan dalam menghafal. Jadi walaupun hanya sekilas belajarnya, tetap saja aku bisa menjawabnya !" Jawab Rossa membanggakan dirinya sendiri.
  "Aku akui kamu memang pintar ! tapi bukan pintar yang seperti itu yang membuat orang-orang bangga padamu !" Rista menyindir.
  "Maksud kamu apa?" Tanya Rossa.
  " Janagn mentang-mentang kamu pintar, kamu bisa membuat orang-orang bangga kepadamu ! hanya karena sikapmu yang sombong seperti itu malah membuat orang-orang muak melihatmu !!!" Jawab Rista.

Perkataan Rista memang selalu menyakitkan, namun itu semua fakta. Sudah sering teman-temanku sengaja menyindirnya agar Ia sadar, namun sampai detik ini pun Ia belum juga sadar. Tidak banyak yang yang ingin berteman dengannya. Selain karena kesombongannya itu, juga karena omongannya yang selalu membuat orang lain sakit hati.

  "Hey..Din aku gak nyangka deh kalau Rista bisa berkata seperti itu !" Ucap Syaira memulai percakapan.
  "Iya aku juga !! tapi, kenapa Rossa tidak sakit hati dengan ucapan Rista ya ?" Tanyku
  "Iya ya...mungkin karena sudah terbiasa kali dengan omongan-omongan yang seperti itu !"
  "Mungkin saja !"
  "Kasihan juga ya Rossa ! Kalau saja Ia tidak sesombong itu." Ucap Syaira dibenarkan olehku.

  "Sebentar lagi kalian akan menghadapi ujian Nasional (UN). Kurang lebih satu minggu lagi. Bapak harap kalian belajar dengan giat selama masih ada waktu ya !!" Ucap Pak. Nanang, wali kelas kelas 9-3.
  "Yaaa sebentar lagi dong Pak !!" Ujar Rio ketua kelasku.
  "Biasa aja kali !!!" jawab Rossa sedikit sewot dan membuat anak-anak menjadi semakin muak padanya.

Hari ini adalah hari terakhir masuk sekolah, karena besok anak kelas 9 sudah menjalankan "UN".
  "Duch aku harus belajar giat untuk UN besok !" tegasku kepada Syaira sahabatku.
  "Iya ! aku juga harus demikian ! Good Luch ya sobat ! Ucapan Syaira seakan memberikan semangat kepadaku.
  "Ya!! sama-sama !" balasku.

Ke esokan harinya, saat yang paling menegangkan bagiku dan anak kelas 9. Karena saat i ni adalah saat pertama kalinya aku dan teman-teman seperjuanganku menghadapi "UN" atau Ujian Nasional. Saat aku memasuki ruangan ujian, ternyata bangkuku bersebelahan dengan bangkunya Rista. Aku merasa sedikit terkejut. Karena Ia terkenal dengan sebutan Raut NYONTEK.

Bel pun berbunyi, pertanda ujian sudah dimulai. Pelajan pertama yaitu pelajaran B.Indonesia, aku merasa biasa-biasa saja soalnya pun tidak terlalu sulit. Karena semalam aku benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Aku mengerjakan soal itupun lebich cepat dari waktu yang sudah ditentukan. Aku mengoreksi jawabanku kembali, saat aku menoleh ke arah jendela, aku melihat Rista sedang membuka secari kertas dari bawak kolong mejanya. Aku yakin itu pasti trik-nya untuk NYONTEK. Ya.. begitulah kebiasaannya setiap ujian.

Hari pertama ku lewati dengan santai, karena alhamdulillah aku dapat menjawab semua soal. Menurut teman-teman, aku termasuk anak yang rajin dan pandai. namun aku tidak sepandai Rossa. Aku pernah mendapat juara kedua saat kelas satu SMP, dan juara pertama saat kelas dua SMP.
  'Mungkin hanya kebetulan saja !' Batinku.
Namun saat Rossa baru pindah ke sekolah ini, aku ndikalahkan olehnya. Aku merasa Ia selalu mengajakku bersaing dengan nilai-nilainya. Ingin rasanya aku dapat juara pertama kembali. Dan inilah kesempatan terakhirku untuk membuktikan kepadanya bahwa bukan hanya dia yang pintar di sekolah ini.

Satau minggupun sudah terlewati. Inilah hari terakhirku mengerjakan soal ujian yaitu Matematika. Saat dipertengahan ujian, saat itu juga pengawas sedang berada di luar. Tidak sengaja aku melihat Rossa menggenggam secarik kertas yang aku tak tahu apa isinya. Aku nterkejut bukan main. Ingin rasanya mengingatkannya. Namun aku takut di keluarkan dari kelas karena kesalah pahaman. Tanpa aku dan Rossa sadari, ternyata Pak. Simanjuntak berada tepat di jendela samping bangkunya Rossa dan berkata
  "Rossa !!! sedang apa kamu ? kamu berani nyontek ya !!" Teriak Pak. Simanjuntak sambil membentak Rossa.
  "Karena kaget, kertas itu langsung dilempar Rossa entah kemana. Rossa pun menangis. Ternyata semua sudah terjawab, kepandaiannya bukan karena Ia memang benar-benar pandai, namun karena kepandaiannya dalam membuat contekan. Tidak jauh beda dengan Rista.

Rossa pun dipanggil ke kantor untuk mengerjakan ujian disana karena ulahnya sendiri.

Sepulang dari ujian, aku berbincang-bincang sebentar bersama Syaira.
  "Aku benar-benar tidak habis fikir sama kelakuannya Rossa yang hampir menggemparkan sekolah. Kok berani-beraninya Ia bikin contekan seperti itu !" Celoteh Syaira agak sewot.
  "Iya ! padahalkan dulu dia pernah bilang kalau tanpa contekanjuga dia bisa mengerjakan soal sendiri." Jawabkau
  "Iya!! lebih baik kamu Din !!! sudah cantik, pintar, baik,gak sombong lagi ! dan satu lagi ... bukan pembohong !" Ujar Syaira.
  "Ha..ha..ha..dasar !" aku hanya tertawa kecil kepadanya.

Hari ini adalah hari pembagian rapor dan pemberi tahuan siapa mirid yang berprestasi. Hari ini adalah hari yang sangat menegangkanku. Aku menunggu namaku dipanggil. Tidak lama kemudian...
  "Adinda Nafi'ah Angraini !!!" Namakupun dipanggil. Didalam ruangan guru, orangtuaku diberikan surat kelulusanku, dan aku dinasehati oleh guru-guruku.

Saat aku keluar, tidak sabar rasanya untuk membuka surat kelulusan itu. Akhirnya dengan rasa yang bercampur aduk, aku mebuka surat itu. Hasilnya adalah...
  "Yeeeeeeee !!!!!!!! aku lulus !!! Ayah, Bunda aku lulus !" Teriakku sekencang-kencangnya.
Dan tiba-tiba teman-temanku datang menghampiriku lalu berkata
  "Selamat ya !!! kamu sudah berhasil, dan mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini !" ucap teman-temanku.
  "Dialah Idola sekolah kita yang sebenarnya!!! yeeeeeee !!!" Teriak Syaira disambut meriah oleh teman-temanku.
  "Thank's ya Ra !!!" Ucapku.
  "ya sama-sama." Balas Syaira dengan senyuman persahabatan yang manis.



We Want Came Back !

 Oleh : Solawatil Furqoh
Anggota Matapena Tasik Divisi Blog, 2010-2011


Pada hari itu, kelas 6 di Madrasah Jakarta mulai menghadapi UAN. Sebagian di antara mereka lulus, dan dua yang tersisa dengan lulus bersyarat. Di antara mereka ada yang melanjutkan sekolah di pondok pesantren, tsanawiyah, ataupun SMP Negri lainnya. Mereka masuk ponpes, dengan berat hati untuk menerima sekolah yang tidak di harapkan karena keinginan orang tuannya. Jarak ponpes mereka sangat jauh, bagaikan bumi dan langit yang terpisah, bukan jarak yang di tempuh dengan bermenit-menit.
Orang tua mereka berangkat ke ponpes untuk mendaftarkan tiga orang anak yang melanjutkan sekolah ke ponpes. Diantaranya Mawar, Melati dan Mentari. Setelah Pak Nico, Pak Laras dan Pak Jony mendaftarkan anak-anak mereka. segeralah mereka membawa mawar, melati dan mentari untuk diTes dan  menentukan apakah mereka di terima di ponpes? ataukah mereka harus mencari ilmu di tempat yang lainnya? mereka harus menghadapi tes tulis dan tes lisan, bisa di bilang untuk bahasa gaulnya berbincang-bincang.
Semua telah dilakukan mawar, melati dan mentari. mereka hanya menunggu hasil tes yang sudah mereka lakukan. mawar, melati dan mentari berdo'a dan terus berdo'a supaya mereka tidak dterima di Ponpes. Keinginan mereka rapuh sudah. setelah orang tua mereka memberi kabar kalau mawar melati dan mentari di terima untuk mencari ilmu di Pondok Pesantren. hati orang tua mereka sangat senang atas diterima nya mawar, melati dan mentari. tapi di sisi lain, kesedihan menyelimuti hati mereka karena mereka diterima di Pondok Pesantren.
"mawar, kenapa kamu tidak senang masuk ponpes?" tanya pak Nico
"mawar gak punya keinginan untuk masuk ponpes, ini semua keinginan kalian!!!" jawabnya dengan nada agak kasar
"looh!!! mengapa mawar berharap seperti itu nak?? papah mau mawar jadi orang yang sukses"
"karena mawar gak punya keinginan untuk mencari ilmu di ponpes"
"Ya allah mawar.... kamu gak akan merasa kesepian kalau kamu mencari ilmu ponpes. kamu akan selalu merasa senang dan ramai, karena di sekeliling kamu banyak teman-teman yang selalu membuat mawar senang kalu mawar sudah akrab dengan mereka" terang papah
"Yaa sudah.. sudah terlanjur diterima... nasi sudah menjadi bubur, waktu gak bisa diputar lagi" ucapnya dengan nada yang pasrah
"Nah... harus seperti itu.. jalani semua dengan ikhlas, insya allah di balik semua ini akan ada hikmahnya, dan mawar akan cepat betah di ponpes" ujar papah
mawar hanya menangis meratapi semuanya. karena mawar belum siap untuk masuk ponpes.
esok harinya, mawar mencoba lagi bertanya pada papah.
"pah!!" sapa mawar
"apa? mau sekolah gak?" jawab papah dengan wajah yang melirik pada mawar
"ya mau dong! tapi gak mau di ponpes"
"kan mawar sudah diterima di ponpes, masa mau keluar sih?!"
"papah..... mawar gak mau sekolah di ponpes"
" ya sudah kalu gak mau, mawar gak usah sekolah saja!"
"iya... iya.... " ucapnya dengan nada kecewa." sudah tidak bisa di batalkan". ucapnya dalam hati
mamah, mawar dan papah pergi ke mall untuk membeli keperluan yang harus dibawa ke ponpes. mawar sangat berat hati untuk menerima ini semua. karena mawar sangat dekat dengan papahnya, mawar tidak mau mengecewakan sesosok papah yang di sayanginya.
Tiba hari keberangkatan mawar, melati dan mentari menuju Ponpes. tepat tanggal 6 juli mereka sudah menginjakkan kaki di ponpes tercinta. Sesampainya diasrama. mawar, melati dan mentari memilih kamar untuk tempat beristirahat dan berlindung. dan mereka memilih kamar 1, dan mereka satu kamar.
perlahan keluarga mawar, melati dan mentari mencoba bernjak pergi untuk meninggalkan mereka. mereka menangis ketika mobil mencoba untuk di jalankan.
"udah dong sayang ... jangan nangis terus... kan mel mau mencari ilmu disini" ucap mom melati lirih
"mOm.. mel mau pulang.. mel gak mau sekolah disini.." rengeknya
"udah dong sayang jangan nangis..."
"mom.. nanti kalau mel ketinggalan zaman gimana?? ntar men dibilang nDeso lagi!!"hiks hiks hiks
"niatin dihati mel untuk mencari ilmu.. enggak yang lain"
"udah.. udah.. cepetan dong!! sudah maumalam nih.." teriak dady
hiks  hiks  hiks
perlahan mobil keluarga melati melaju dan melati harus dititipi di pondok ini. Pembimbing kamar melati datang, dan menyuruhnya masuk ke kamar untuk membereskan barang-barang dan berkenalan dengn teman-teman yang lainnya.
                                     #                     8                  #                       8                  #

Satu minggu sudah dilewati bersama. hari yang ditunggu-tunggu sudah datang dan menghampiri mentari. keluarga mentari datang untuk menjenguknya.
"pak, bu' aku pengen pulang" ucap mentari
"Looh!! kok pulang? kan kamu baru seminggu. kok sudah mau pulang?"jawab pak jony dengan nada jawanya
"aku gak betah disini oo.. pak!"
"nanti.. nanti.. kalau kamu sudah lulus yoo"
"memang aku mau sampai kapan disekolahin disini?" tanya mentari
"yaa.. sampai kelas 3 SMA toh!"
"haaah..... lama teo pak? aku gak mau pak... aku tak pindah yoo?"
mentari terus meminta pindah. luluh hati pak jony melihat anak semata wayangnya itu, kurang nyaman mencari ilmu di ponpes itu.
"jangan pulang dong nak!! nanti kamu gak betah-betah disini" bujuk ibu
"emang aku gak betah neng kene kok pak!! aku tak pindah yaa?" pintanya
mentari terus merengek-rengek dan terus menceritakan mengapa ia tidak betah di ponpes. dan akhirnya keinginan menteri di kabulkan oleh pak jony dan bu yani. karena mereka tidak tega melihat anaknya tidak nyaman ada di ponpes. mentari pun keluar dan melanjutkan sekolah di Jakarta, tempat dimana bapak dan ibunya mencari nafkah.
hiks.. hiks.. hiks.. kesedihan harus ada pada mawar dan melati. karena salah seorang sahabatnya ada yang pindah. keberangkatan mentari membuat iri hati dan ingin pindah juga.
Hari demi hari telah dilewati dengan hati yang belum juga ikhlas. membuat melati jatuh sakit dan segera dibawa ke puskesmas oleh pihak Pondok Pesantren. karena badan melati sangat panas. pihak puskesmas tidak sanggup untuk menangani melati, karena tempat puskesmas kurang memadai. dibawa nya lagi ke rumah sakit umum. dan dokter langsung menangani melati. setelah beberapa menit , dokterpun keluar danmemberi tahu keadaan melati.
"dok, bagaimana keadaan melati?"tanya ustadzah
"melayi terkena tifus" jawab dokter dengan singkatnya
"astaghfirullah....... melati??"
"ustadzah.. bagaimana kalu kita beri tahu ornag tuanya saja?" salah orang santri menyarankan
ustadzah menerima sarn santri tersebut dan segera menghubingi orang tua melati.
setelah menerima kabar bahwa melati terkena tifus, papah dan mom melati segera pergi walau harus menempuh jarak yang lama.
"mom.... tenang, jangan dulu pingsan. sekarang kita berangkat untuk melihat kondisi melati" ucap pak Laras. tanpa basa basi orang tua melati berangkat. karena mih melati sudah tidak kuat menahan isah tangisnya.
setelah sampai di Rumah Sakit umum yang di beri tahu ustadzah melati, ternyata ustadzah sudah  menunggu di depan pintu RS. dan mempersilahkannya untuk segera melihat kondisi melati. dan ternyata melati sudah siuman.
"sayang... kamu sudah siuman nak?" ucap mom melati
"mom, aku pengen pulang. aku pengen pindah dari ponpes itu"pinta mel
"Looh... kenapa mel gak mau di situ? kenapa minta pindah?" tanya mom melati
"pokoknya mel gak mau sekolah di situ lagi, mel mau pindah dari situ" pintanya sambil mengeluarkan air mata dan membuat suasana menjadi terharu
"Ya allah melati!!"
hati mom melati sangat menyesal.karena telah menyekolahkan anaknya dengan kemauan dan keegoisan orang tuanya saja.
"sudah bu, kabulkan saja apa yang melati mau.... insya allah dengan apa yang dia mau, dia akan cepat sembuh dan bisa menjalani hari-hari nya dengan penuh suka dan cita" jelas ustadzah
ustadzah terus meluluhkan hati mom melati. dan Setelah Berfikir......................
"baiklah ustadzah.. saya akan coba" jawab mom melati dengan penuh keyakinan
"ya sudah kalau begitu... besok kita bawa barang-barang mel" ucap papah
"iya sekalian ke kepala sekolah dulu" tambah mom
"ya sudah bu... kalau begiru saya pamit dulu.. "ucap ustadzah
"ustadzah... terima kasih banyak... maafin melati ya ustadzah kalu dia punya salah"
"iya bu... mari... assalamualaikum..."
"waalaikumsallam"
Setelah beberapa minggu di rumah sakit, melati sangat rindu dengan rumahnya. dan segeralah ia menuju kamar nya ynag serba un'o'u, sama seperti kamar mawar dan mentari. melati merih boneka kesayangannya yang sudah lama ia rindukan.
tok... tok... tok....
"iya masuk" ucap melati
"mel, gimana?? kanen ya?" tanya mom
"iya... kanen bangeeet"
"trus.. sekarang kegiatan kamu mau apa?"
"maunya sekolah, tapi gak mau balik ke tempat kemaren" rengeknya
"yaa.... trus mau sekolah dimana??"
"di stanawiyah aja mom!"
"iya.... nanti mom daftarin dulu... ya sudah sekarang cepetan mandi dulu"
melati pun melanjutkan sekolahnya di stanawiyah Jakarta.
                                          *                  8                 *                  8                   *

Di asrama, mawar hanya sendiri meratapi nasibnya. tidak mempunyai sahabat seperti melati dan mentari, membuat dirinya tidak betah tinggal di asrama. teman-temannya terlalu sombong dan susag diajak beradaptasi. tetapi, kalau di kamar mereja selalu baik.
"mawar... mawar..." teriak seorang ustadzah
"apa ustadzah?" jawab mawar sambil berlari tuk menghampiri ustadzah
"ini, tadi mamah kamu nelfon" jelas ustadzah
"tut.. tut.. tut.." handphone berbunyi
"mawar ini angkat!" ucap ustadzah, sambil memberikan handphonnya
"hallo..... assalamualaikum... mah ada apa?"
"waalaikum salam.... de' kamu bisa pulang gak sayang?" tanya mamah
"emang adaapa mah? kok mendadak gini?" tanyanya penasaran
"nenek masuk rumah sakit" jelas mamah
"astghfirullah.... mah kenapa?"
"ya sudah cepat izin ke ustadzah"
"mah, aku gak berani izin ke ustadzah"
"ya sudah, biar mamah yang izin ke ustadzah" mawar memberikan handphonenya ke ustadzah
"hallo ustadzah"
"ya ibu ada apa?" tanya ustadzah
"ustadzah mawar mau izin pulang.. neneknya masuk rumah sakit" jelas mamah
"ooh.... ibu silahkan! tapi harus dijemput dari rumah"
"iya ustadzah.... terima kasih... assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
mawar pun pulang dijemput oleh supirnya. Sesampainya dirumah, mawar langsung beramngkat ke rumah sakit untuk melihat keadaan neneknya.Ketika dirumah sakit, mawar dan mamahnya langsung menuju kamar nenek dirawat. Dokter pun keluar dari kamar nenek
"dok gimana keadaan ibu saya?" tanya mamah
"saya perlu bicara dengan keluarganya" ucap dokter
"saya anaknya dok! dan ini cucunya" jawab mamah
"ikut keruangan saya, tapi saya harap anak ibu jangan ikut!" jelas dokter
"de' kamu tunggu diluar saja ya" kata mamah
"iya mah!" jawab mawar
mamah mawar pun masuk ke ruangan dokter. untuk mendapatkan penjelasan dari dokter tentang keadaan nenek mawar.
"dok! bagaimana keadaan ibu saya?" tanya mamah
"begini bu, keadaan ibu anda sudah mulai lemah, dan mudah  terserang penyakit, itu semua di sebabkan karena ibu anda sudah lanjut usia" jelas dokter. Mamah pun semakin penasaran.
"apa penyakit yang menyerang ibu sya?" tanya mamah kembali
"ibu anda terkena penyakit jantung"
"astaghfirullah...." ucap mamah kaget
"baik bu, ini resep untuk ibu anda. tolong di atur pola makanannya. dan ingat jangan pernah memberi tau apapun yang membuat ibu anda terkejut. karena itu semua berbahaya" jelas dokter
"terima kasih ya dok!" mamah pun keluar dari ruangan dokter. Mamah tak percaya dengan apa yang terjadi terhadap nenek. karena mamah slalu melihat nenek sehat dan bugar. tpi, ini kehendak allah, kita hanya bisa menjalaninya dengan sabar. mamah dan mawar pergi keluar untuk mengambil obat di apotek.
mawar izin untuk neneknya cukup lama. karena keadan selalu saja menghambatnya untuk pulang ke asrama.
"ya allah.... mawar tidak betah di pondok, mawar ingin pulang terus... ada apa ya allah? mawar ingin keluar dari pondok, karena sekarang mawar ada dirumah, mawar ingin bicara sama mamah" batin mawar
mawar dan mamah menunggu nenek dikamar. mawar memberanikan diri untuk bicara apa yang ingin dibicarakannya.
"mamah, mawar ingin pindah dari pondok" tegas Mawar.
"loh...!memang ada apa?" tanya mamah.
"Mawar tidak betah di pondok !" jelas Mawar.
"Loh kok gitu sih?apa ada masalah sama teman-temanmu?" tanya mamah.
"iya..! mereka semua baik, tetapi jika Mawar sedang susah, mereka tidak pernah membantu Mawar !"
Mamah mengerti apa yang dirasakan Mawar, karena Mawar terus menangis tanpa henti, Mamah pun merasa iba kepadanya dan mengizinkannya pindah sekolah.
"yasudah kalau begitu! nanti kalau sudah pindah, Mawar ingin sekolah dimana ?" tanya mamah.
"Benarkah mah? Mawar ingin di MTs bersama Melati dan Mentari." jawabnya riang.
"Yasudah nanti mamah yang mengurus surat kpindahanmu ya sayang ! sekalian mengambil barang-barang kamu di sana."

Keinginan Mawar dituruti oleh mamahnya.
'Akhirnya aku bisa bertemu dengan teman-teman lamaku lagi.' Batin Mawar.
Dan Mawarpun bisa merasakan hidup yang sebenarnya.
'Terima kasih mamah.....!!!!' Batinnya sambil tersenyum.

Sabtu, 11 Desember 2010

" Blezzer " Saksi Bisu Terunik

Oleh : Anon Ambaritania, Annisa Nurfatwa & Ghina imanayati r
Anggota Matapena Tasik Divisi Penerbitan Buku, 2010-2011

Ciri-ciri;
  • Bodi elit tahun 80-an
  • Jok dimakan angin
  • Rp. 15.000.000
  • Pembeli: Drs. Endang Rahmat. Tepatnya di Bandung.Dengan plat kendaraan => D1642 GP                                                                                                                                            
Apakah itu?
Masih bingung apa jawabannya?
Dia adalah.." Si kijang Blezzer " dari Pondok Pesantren Riyadlul 'Ulum Wadda'wah Condong. Si kijang Blezzer ini sangat berjasa, dan sering digunakan untuk keperluan di pondok tercinta ini. Meskipun bentuk mobil Blezzer tidak semulus mobil mewah lainnya, tapi perlu diketahui bahwa mobil Blezzer inilah salah satu bukti yang menonjol ciri khas pesantren ini. Karena, tidak setiap pesantren memiliki mobil selangka blazzer, (massa sich..?). Blezzer kita ini termasuk salah satu saksi bisu Pondok lho. Bagaimana tidak? Selama puluhan tahun, setiap kali utusan dari pondok ini akan pergi ketujuannya, pasti tidak lepas dari campur tangan Blezzer. Begitupun Blezzer telah mengantarkan para kontingen santri dari berbagai belahan dunia mulai yang dari Cineam sampai Cikalong semuanya diantar Blezzer tatkala ada keperluan mendadak.
             Buktinya, salah satu dari berbagai kontingen tersebut berkata,
             " Saya bangga karena pernah diantarkan mobil blezzer ketika lomba drama Bahasa Inggris"
Realy? apalagi bagi orang yang seneng sakit, pasti pernah merasakan manis pahitnya perjalanan yang dilalui bersama blezzer. Pimpinan PP Condong yaitu Bpk. K.H. Ma'mun pun sangat bangga pada mobil Blezzer. Ya jelas aja bangga! Coba perhatikan dibawah ini adalah jasa-jasa yang dilakukan Bezzer:
  • Mengantar santri yang sakit untuk dibawa berobat ke Dokter
  • Mengantar santri yang akan mengikuti lomba di luar Sekolah
  • Membantu mengantarkan para staff karyawan yang bertugas membeli keperluan dapur ke Pasar dan juga mengantar Penjaga Koperasi belanja keperluan Santri.
Dan semua itu tak lepas dari jasa para Driver kita, A Anggi dkk pastinya. Namun meskipun sudah terbukti jasa-jasa yang telah dilakukan mobil blezzer ini, tai masih saja ada dari sebagian santri yang kurang suka dan mengolok-olok bahkan menertawakan Si Kijang Biru ini. Why?
Alasannya;
  1. Sering mogok di tengah jalan
  2. Pintunya susah ditutup
  3. AC? No!....Gelebug? Yes
  4. Joknya membuat badan pegel-pegel
Tapi menurut sebagian santri yang mengagumi sang Blezzer, semua alasan itu dapat teratasi dengan kesabaran. Ketika kita merasa gerah didalam mobil, jangan ambil pusing! Buka saja jendelanya! Jhe..he..Ketika pintu susah ditutup, biasanya para penumpang Blezzer mengguakan tali rapia. Dan ketika rasa malu menghampiri, enjoy aja! Nasib kita lebi baik dari mereka yang berjalan kaki atau yang mengayuh sepeda. Mereka terkena terik matahari yang membuat kulit terasa terbakar. Oh No!
              Jadi mengapa mesti merasa malu naik mobil Blezzer? bayangkan saja orang lain yang tidak naik kendaraan roda 4 seperti blezzer, mereka sedikit kelelahan. Tetapi kalau kita naik mobil kita hanya duduk santai, meskipun rasa gerah menghampiri dan terdengar suara seluruh anggota badan Blezzer bergemuruh dimana-mana, yah itu tetap harus disyukuri
              Adapun bentuk penghargaan yang diberikan oleh para pengurus OSPC (Organisasi Santri Pesantren Condong) pada mobil Blezzer tersebut. Yaitu, mobil dihias dengan aksesoris yang cukup menarik. Tepatnya pada saat Karnaval Pekan Perkenalan Santri yang biasa kita sebut dengan Khutbatul 'Arsy. Ternyata para pegurus OSPC cukup menghargai jerih payah yang dilakukan mobil Blezzer dalam usahanya mengabdi pada Pondok Pesantren ini. Bahkan saking seringnya ikut andil dalam membantu kepentingan Pondok, masyarakat, petugas Pom Bensin, dan para pedagang di Pasar hampir semuanya mengenal Si Kijang jadul ini. Setiap Blezzer lewat pasti mereka sudah bisa menebak bahwa mobil itu milik PP Condong dan tebakan mereka itu tidak pernah meleset (saking langkanya mobil ini)....wow, luar biasa ya?! Inilah letak keunikan Blezzer si saksi bisu Podok.
            Ada yang mengatakan Blazzer itu mobil pembawa keberuntungan, karena rata-rata hampir setiap dari para santri yang hendak berlomba di luar, jika diantar mobil ini pasti selalu menang. Ah, ada-ada saja ya.
Ada beberapa kisah menarik tentang mobil Blezzer ini:
- Susah dihidupkan apabila kehujanan
- Karena tidak dimasukan kedalam Garasi, otomatis si Blezzer mudah terkena guyuran air langit. Akibatnya ketika akan digunakan, harus dipanaskan terlebih dahulu. Caranya, dengan dijemur dibawah panasnya terik matahari, baru bisa jalan.
- Menyimpan cerita mistis
Percaya ataupun tidak, sebagian santri/santriwati pada saat kebagian piket malam, mengatakan bahwa mereka pernah mendengar suara klakson Blezzer berbunyi, padahal didalamnya tidak ada seorangpun yang menumpanginya. Ada juga yang mengatakan bahwa mobil tersebut bergerak-gerak layaknya mobil dalam Film " Siti Beng-Beng ". ya, wajar saja, mobil itukan sudah berumur 30 tahunan. Oh My God! Betapa misteriusnya Blezzer ini.
- Sering dijadikan bahan lelucon.
Jika mobil Blezzer sedang tidak digunakan, para santriwatipun sering menumpangi mobil tersebut. Karena mobil itu diletakan di depan gedung asrama putri yang baru. Meskipun tidak memakai kunci, tapi mobil tetap bisa jalan lho!..caranya dengan didorong oleh para santri. He..he..

              Bagi para santri yang tidak menyukai mobil Blezzer, mereka sering mengolok-olok mobil dengan menyebutnya sebagai " Mobil Dikutuk Dewa ". Mungkin karena penampilannya sudah tidak semulus mobil Avanza apalagi Mercedes Benz. Mereka juga terkadang gengsi menumpanginya.
              Menurut penuturan Pak Kepsek SMP Terpadu, yaitu Drs. Endang Rahmat, bahwa nama mobil itu bukanlah Blezzer melainkan Kijang Biru tahun 80-an. Entah siapa dan dari mana awalnya hingga akhirnya semua orang memanggilnya begitu.
             Hmmm...jika diingat-ingat kembali, banyak sekali ya cerita dan jasa yang perah maupun terkandung pada Si Kijang Biru terseut. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, 
" Lihatlah apa yang dilakukan, jangan lihat siapa yang melakukan " 
Maksudnya, jangan melihat pnampilannya yang nampak pada Blezzer tersebut, tapi lihatlah jasa dan pengabdian setia yang diberikannnya.       
         

Rabu, 08 Desember 2010

Language Is Our Crown

Oleh: Wida Wandini,Mulya nur jannah
Anggota Matapena Tasik divisi Perpustakaan, 2010-2011


               Lirik sana, lirik sini...
Begitulah kebiasaan santri Condong kalau mau ngomong pake bahasa daerah. Lho kok bisa? Ya iyalah, kan di pondok kita tercinta ini bahasa sehari-harinya memakli dua bahasa asing yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Cuile, udah bearasa di Arab and di London aja nih. Tapi terkadang para santri merasa resah dengan barbagai peraturan yang ditetapkan menyangkut budaya berbahasa asing tersebut. Apalagi kalau udah masuk ke mahkamah lugah (mahkamah bahasa), wah pokoknya dag..dig..dug..derr deh, jantung berdebar-debar.
Bahkan sampai ada santri yang nekat ingin pindah cuma ngerasa tersiksa oleh peraturan bahasa. Plis deh ah! gak dewasa banget kan? padahal kan hukuman bahasa gak semeyeramkan yang kita kira. Ada sedikit cerita nih, datang dari Our Sister Siti Sahara/IX A. Begini katanya,
                " Waktu aku kelas satu, kesedihan melanda hatiku, teman-temanku menjauhiku karena takut padaku, gara-garanya aku adalah orang pertama yang masuk mahkamah lugah diangkatan. So, anak-anak takut aku laporin kalau pada gak pake bahasa arab or inggris, hiks..hiks.." 
Wah, dramatis juga ya kisah dari salah satu pelanggar bahasa satu ini. 
              Yang paing unik dari para Santriwati menyangkut peraturan Bahasa itu adalah..
Setelah Melaksanakan ibadah shalat ashar, seluruh Santriwati biasanya berkumpul di Mushala atau ada juga yang berkumpul di Koridor Gedung Baru. Ketika Microphone berbunyi, " Assalamu'alaikum Wr. Wb. " Mata-mata Santriwati seketika membulat, ada juga yang malah memejamkan mata, dan saing berpegangan tangan, dengan alasan takut-takut kalau nama mereka tercantum diantara orang-orang yang masuk Hukuman Bahasa. Namun yang paling seru adalah ketika Qismul I'lam (Bagian pengumuman) mengakhiri ucapannya, serempak semua berucap " Alhamdulillah " sambil ngelus dada. Itu sih bagi yang namanya tidak termasuk daftar nama-nama pelanggar, beda lagi dengan yang masuk dalam daftar para pelanggar. Setelah mendengar namanya disebutkan, seketika menelan udah serta seluruh tubuhnya terkulai lemas. wah pokoknya Nalangsa Pisan.
             kalau sudah begitu, maka munculah berbagai ekspresi yang terlihat di setiap wajah para Santriwati. Sehabis mendapat hukuman, ada yang ekspresinya biasa saja, ada yang malah cungar-cengir, ada yang sampe nangis, dan masih banyak lagi.
            " Waktu itu aku dipanggil oleh Bagian Bahasa gara-garanya ada yang laporin aku gak pke bahasa. Awalnya aku biasa aja, tapi pas denger jenis hukuman yang dikasih, mataku langsung terbelalak. Aku harus pake himar hijau, (kerudung pelanggaran berwarna hijau), pake plang, pula dengan tulisan besar " TRANSGRESSOR OF LANGUAGE SECTION". Udah gitu harus minta tanda tangan Kepala Sekolah, plus Pengasuhan Santri. Ukh sebel gak ada dua!" Cerita salah satu santriwati. Ya jelas lah hukumannya sampai beragam begitu, lha wong dianya aja udah masuk 20 kali hukuman bahasa. Lama-lama Bagian Bahasa gerah juga dong lantaran anak ini gak jera-jera.
           Dan memang faktanya, sebagian besar para santri itu pada gak suka sama Bagian Bahasa. Dengan alasan, mereka suka ngasih hukuman. Padahal mereka berjasa besar banget lho, baik bagi kita maupun bagi Pondok kita ini. Mereka memberi hukuman kan bukan karena benci kepada kita, tapi semata-mata karena ingin bahasa Arab dan Bahasa Inggris kita meningkat terus.
           Alasan lainnya adalah, karena " LANGUAGE IS OUR CROWN". Maksudnya? bahasa adalah mahkota kita. Kenapa bisa begitu? 
  1. Karena mahkota itu selalu ditempatkan diatas, yang selalu diagung-agungkan dan menjadi sesuatu yang sangat berharga seprti kedua bahasa asing itu yang juga keberjalanannya sangat berharga bagi Pondok kita ini.
  2. Mahkota sebagai penghias dan menjadi pembeda. Pondok Riyadlul 'Ulum Wadda'wah ini dengan bahasanya bisa menjadi pembeda dari Pondok-pondok lainnya. sebagaimana mahkota yang membedakan mana yang ratu dan mana yang rakyat.
Maka dari itu, kedua Bahasa itu sangat perlu kita pelihara, karena dengan menguasai kedua bahasa itu, kita akan mampu mengelilingi dan menaklukan dunia. Wah, apa gak hebring tuh?
          satu lagi program Bagian Bahasa yang sangat menarik, terutama bagi para santriwati. Yaitu dengan diadakannya program pemilihan MISS LANGUAGE. Selain sarana pembelajaran, Miss Language juga sebagai penghargaan untuk mereka yang memiliki kelebihan dalam Bahasa Arab dan Inggris. Pesertanya adalah satu orang dari masing-masing angkatan. Mereka adalah orang-orang yang lulus test seleksi, dan mengikuti karantina. (Wisss!..keren ya, udah kayak Miss Universe aja!).
         Berikut adalah ungkapan perasaan juara favorit Miss Language 2010, Diana Ayu Lestari dari angkatan 8. " Aku gak nyangka banget, 'coz I think orang lain itu lebih berhak atas itu. Tapi alhamdulillah ternyata aku yang berhasil menyabet kategori itu."
        Itu dia, makanya kitapun gak boleh kalah oleh para finalis Miss anguage yang pada jago-jago berbahasa asing Tingkatkan terus bahasamu, karena Language is Our Crown.

Senin, 06 Desember 2010

Ummu Naum

Oleh: Nabila Amalia Nurfadillah
Anggota Matapena Tasik divisi Blog, 2010-2011
Santri melakukan aktifitas seperti itu-itu saja, tak ada bosannya. Sehingga setiap santri memiliki kebiasaan yang unik yaitu "Nundutan" alias ngantuk. Nundutan terjadi dimana saja dan kapan saja. Ketika kumpulan, muhadlorah, mudzakaroh, sorogan, wiridan, di kelas, bahkan yang paling unik ada salah seorang santri wati yang mengantuk saat antri di kamar mandi.
Dahulu, setelah melaksanakan sholat subuh, ada salah satu santri wati yang berlari terburu-buru menuju kamar mandi. Katanya Ia ingin buang air besar. Namun, ketika temannya datang untuk mandi tak sengaja dilihatnya santri wati itu tengah tertidur di kamar mandi. Akhirnya orang tersebut mengagetkannya dengan berkata
            " Sister!!! wake up!...wake up!.... "
Ia pun terperanjat. Namun dengan wajah santai atau Watados a.k.a wajah tanpa dosa Ia keluar tanpa menghiraukan teman-teman yang menertawakannya.
Di kelas, santri melakukan aktifitas seperti murid-murid yang lain. Namun ada kebiasaan yang  santri lakukan di kelas yang memang sedikit berbeda dengan siswa-siswa di luar. Seperti pepping (jangan ahh!!), makan-makan jika tak ada guru, mengobrol, dan yang terunik yaaa nundutan bahkan ada yang sampai tidur.
Menurut salah seorang dari mereka, hal yang paling ni'mat dan sering dilakukan di dalam kelas adalah tidur. Tentu karena mereka memiliki pengalaman sering tidur atau mungkin nundutan saat guru menerangkan. Bahkan ada yang tidur dari awal pelajaran sampai akhir. Ada juga yang mengantuk, namun ditahan sampai-sampai membuat kepala mereka bergerak ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang, bahkan ada yang sampai muter-muter. Hal inilah yang biasa santri menyebutnya dengan kata " Nundutan ".
Bukan hanya di kamar mandi dan di kelas saja santri sering melakukan kegiatan nundutan tersebut. Namun di musholapun kerap dijadikan arena lomba nundutan saat wiridan. Ironis ya, padahal mushola itu tempat ibadah.


Ada cerita dari salah seorang santri wati yang kebetulan saat itu baru akan melaksanakan sholat subuh. Saya melihat teman di sebelah, tengan sholat sambil nundutan. Dari takbir sampai salam teman saya itu membuat saya khawatir dan menghilangkan kekhusuan saat sholat. Tentu karena saya takut dia terjatuh lalu menimpa tubuh saya. Dan ketika salam, saya melihatnya masih berada di posisi tahiyat akhir bahkan sampai wiridan. Saat saya tidak sengaja menyentuh tangannya, Ia terbangun dan berteriak
                " Allahu akbar!! "
Saya dan teman-teman yang lain serentak menertawakannya. Suasana wiridanpun sedikit terganggu dengan hal ini. Namun mau tak mau Ia tetap harus mengulangi kembali sholatnya. Dan sejak saat itu Ia dijuluki " Ummu Naum " alias Tukang Tidur.
Yang jadi pertanyaan besar adalah, mengapa para santri sering kali merasa ngantuk ? bahkan sampai tak kenal tempat dan waktu. Ternyata ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan para santri sering nundutan. Diantaranya:
  • Karena tidur terlalu malam
  • Terlalu banyak makan dan ngemil
  • Terlalu memforsir diri dalam kegiatan sehingga mudah capek
  • Suasana yang mendukung 
Apakah ada salah satu faktor di atas yang kamu rasa menjadi sebab dari aktifitas nundutanmu? Kalau ternyata tidak, bisa jadi itu adalah penyakit bawaan atau bahkan memang nundutan sudah menjadi tradisi santri? Entahlah, hanya saja beberapa faktor di atas adalah yang paling logis dari sebab-sebab nundutan.

Kembali ke Ummu Naum, meski julukan itu di temukan baru-baru ini, tapi yang namanya nundutan atau ngantuk berat rasanya sudah menjadi sejarah turun-temurun di kalangan santri. Maka dari itu tercetuslah julukan Ummu Naum. Mungkin bagi ikhwan julukannya beda lagi. Ada yang bilang Abu Naum, sleeper, JuHe, dll.
Memang tidak gampang menghilangkan rasa ngantuk apalagi ngantuk berat. Tapi itulah kebiasaan syetan mengganggu para santri yang sedang berjuang melawan kebodohan di jalan Allah. Kalau santri itu kuat imannya seperti saya, tidak mungkin akan nundutan. Karena julukan saya selama tinggal di pondok ini adalah "Anti Nundutan". Itulah penghargaan yang sangat berharga dari teman-teman saya...he..he..he..
Pada intinya, lakukanlah kegiatan yang sekiranya dianggap penting saja. Jangan terlalu memforsir diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya membuang-buang waktu dan tenaga kita. Karena itu semua akan membuat kita kecapean dan pada akhirnya menyebabkan kita nundutan. Bisa-bisa nanti kamu dijiluki Ummu Naum!

Sabtu, 04 Desember 2010

PEPPING?!...oH nO!

Oleh: Ilya Ainur
Anggota Matapena Divisi Pelatihan, 2010-2011

Kata Pepping sudah tak asing lagi ditelinga para santri di pondok kita tercinta ini. Seperti sudah menjadi tradisi turun temurun di kalangan para santri. Pepping diartikan oleh para santri dengan makna 'Untap-intip' atau lirik-lirik sedikit ke lawan jenis.Namun, setelah saya buka kamus, pepping itu artinya adalah menyegarkan, atau memberi semangat.
Entah dari mana kata pepping itu bisa muncul, dan seolah-olah menjadi hal yang tidak asing lagi dikalangan santri di pondok ini. Mungkin, makna pepping diatas diartikan oleh orang yang pertama kali mencetuskannya karena jika melihat atau mengintip lawan jenis, seakan membangkitkan semangat mereka kembali. Pepping juga acapkali dilakukan para santri sewaktu didalam kelas, atau di kamar, yang jendelanya terlihat transparan untuk melihat lawan jenisnya. Ya ini dikarenakan faktor jarak antara asrama putri dan asrama putra sedikit berdekatan.
Banyak sekali pengalaman-pengalam unik nan lucu tentang pepping. Diantaranya, ada yang membuat sedih sekaligus membahagiakan orang yang sedang melakukan pepping pada pujaan hatinya, (santri juga normal kan kalau punya rasa suka?).

  Pada saat itu, ketika saya sedang melihat latihan nasyid di kelas, kebetulan disamping kelas yang dipakai latihan nasyid itu, kamarnya ikhwan seangkatan saya. Karena kebiasaan para santri juga, pepping kerap dilakukan untuk untuk melihat lawan jenis seangkatannya. Ya...terkecuali bagi yang punya pujaan hati di angkatan lainnya. Kembali ke cerita, Nah, jendela kelas itu transparan ke kamar si ikhwan tersebut. Tiba-tiba ketika salah satu dari teman saya sedang pepping, tiba-tiba ada ustadzah yang mengetuk-ngetuk jendela, lalu masuk kedalam kelas, dan menegur teman saya itu. Serentak semua yang ada didalam kelas itu tertawa (karena kalau sudah ketahuan pepping, itu adalah sesuatu yang memalukan). Tentunya temanku itu tak kuasa menahan rasa malu, dengan memasang muka merah padam.
Dan banyak lagi cerita lucu dan mengesankan lainnya. Kebiasaan para santri yang lainnya lagi, yaitu kalau mau menyindir, atau menegur temannya yang pepping dengan petika mahfudzat nasihat Imam Syafi'i yang berbunyi;

"..Aku mengadu kepada Guru tentang sulitnya menghafal..
Dan beliau menganjurkanku untuk senantiasa meninggalkan maksiat...
Beliau juga menasihati, bahwa Ilmu adalah 'cahaya' (anugrah) dari Allah
Dan Cahaya Allah tidak akan pernah sampai pada orang sering bermaksiat..."

Nah, dari mahfudzat diatas, jelaslah sudah bahwa ilmu akan susah dihafal apabila kita sering bermaksiat, begitupun dengan pepping yang termasuk kedalam maksiat mata.
Oh iya, satu lagi pengalaman yang saya dengar dari teman-teman, yaitu mereka sering bilang kalau setelah pepping pujaan hatinya, seperti menyeruak masuk bunga-bunga kedalam hati, serasa di syurga, katanya (Sungguh terlalu! kayak yang tahu aja syurga gimana). Tapi mungkin saja mereka melakukan semua itu, semata-mata hanya ingin mencari hiburan saja. Ya, buat seneng-seneng lah kalau-kalau rasa boaring di pondok juga berbagai masalah sudah melanda. Dari mulai masalah pribadi, di kelasnya, dengan peraturan, masalah kamar, sampai masalah organisasi yang mereka ikuti. Apalagi kalau sudah terkait masalah cinta di pondok, wah, malah tambah pusing dan rumit deh.
Tapi wajar juga sih kalau cuma lirik-lirik sedikit kelawan jenis, (hanya sekedar untuk mengetahui nama dan mukanya). Beda banget ya dengan di luar. Kalau di luar pegangan tangan saja sudah wajar, nah kita di pondok baru pepping saja sudah menjadi satu aib yang sangat tabu untuk dilakukan. Itulah luar biasanya keikhtilatan antara lawan jenis di pondok kita. Meski seringkali banyak cerita lucu tentang santri atau santriwati yang memiliki pujaan hati, sampai ada yang rela bolak-balik MM (Mina Mart), Syirkah (Koperasi), atau rumah salah satu Guru di Pondok ini, yang kebetulan biasa menjual minuman dingin bagi para santri. Hanya untuk melihat pujaan hatinya itu, ya mereka rela mengorbankan uang Rp. 500,- untuk melihat melihat pujaan hatinya. Memang Rp. 500,- itu tak seberapa, tapi kalau dalam sehari bolak-baliknya sampai tujuh kali, belum ke MM-nya, belum lagi ke Syirkahnya, bisa-bisa jadi sejuta tuh uang yang lima ratus perak.
Ada juga yang ke MM cuma buat nganter temannya yang mau belanja. Karena kebetulan juga disamping MM ada lapangan sepak bola, otomatis para ikhwan akan berseliweran disana untuk bermain bola, apalagi kalau sore-sore. Makanya para santriwati belanjanya pas sore-sore biar sekalian bisa lihat pujaan hatinya, (itu juga kalau yang ada)....Astagfirullah.


Ada lagi suatu kebiasaan lucu terkait pepping ini. Kalau ada kelas yang disatukan antara akhwat dan ikhwan. Tentunya kan dikelas dipasang hijab pembatas.Ada yang sampai hijabnya robek, biar bisa intip-intip dikit, (dengan alasan biar gak ngantuk, katanya). Apalagi kalau sudah pelajaran kitab kuning. Karena kebiasaan santri itu suka ngantuk pas pelajaran kitab. Terlebih ketika guru menerangkan, gak tahan deh ngantuknya.
Biasanya, bagi santri, siapapun itu, yang sering kepergok lagi pepping, suka dipanggil tukang pepping. Kalau di akhwat dipanggil "Miss Pepping". Mereka itu biasanya kalau sudah pepping pujaan hatinya, pasti senang nan gembira. Malah sampai ada yang loncat-loncat gak karuan, (salting mungkin ya,). jadi bagaikan terbang keawan. Dan bagi mereka, justru pepping itu katanya bisa dijadikan motivasi, atau semangat belajar. Karena kembali pada arti pepping itu sendiri, yang menyegarkan dan memberi semangat baru.

Ya, itu sedikit dari cerita-cerita tentang pepping di pondok kita tercinta ini. Dan untuk pepping itu sendiri jangan terlalu sering dilakukan ya. Bahkan kalu bisa jangan sampai melakukan pepping lagi. Jagalah titel kita sebagai santri ponpes Riyadlul Ulum wadda'wah ini. Yang sudah dipercaya keikhtilatannya antara ikhwan dan akhwat meskipun asramanya saling bersebelahan. Hal ini juga tentunya didukung oleh peraturan-peraturan yang pondok kita tetapkan. Maka dari itu, taati peraturan yang ada, hidupilah pondok ini, jangan malah mencari kehidupan di pondok.
Bagi para akhwat, jagalah harga diri kalian sebagai seorang santriwati. Begitupun dengan ikhwan. Anggaplah ada hijab bayangan yang membatasi antara kita. Dan mulai sekarang mari kita hentikan aktivitas pepping yang notabene merupakan jenis maksiat mata. Karena dalam mahfudzatpun dikatakan, sebagian faktor dari susah menghafal dan mencari ilmu itu disebabkan banyak maksiat.
Mari kita mulai dari sekarang dan dari diri kita sendiri untuk memberantas peping yang merajalela di pondok ini. Kita tiadakan kebiasaan jelek tersebut, demi kelancaran dan kesucian niat kita untuk mencari ilmu. mari kita ciptakan pondok ini, pondok yang terbebas dari pepping.
Meski begitu, tapi jangan lupa, jadilah musim dan muslimah yang soleh, cerdas, tapi tetap trendi. Karena kita punya prinsip, trendi tapi nyantri!

Hidup Sekali Hiduplah Yang Berarti

Minna Hafadzah
Ketua Umum Matapena Tasikmalaya 2010-2011

Hidup tanpa sebuah prinsip akan membuat kita terpengaruh oleh orang yang ada disekeliling kita. " Hidup sekali, hiduplah yang Berarti " Sebuah motto atau prinsip hidup Pondok Pesantren Riyadlul Ulum Wadda'wah yang banyak mengandung makna.
    Mau tahu tidak apa maksud dari motto tersebut?...Kata seorang Ustadz bagian Pengasuhan Santri, yaitu Ustadz Budi Syihabuddin S.Th.I, beliau bilang, " Meski motto tersebut hanya terdiri dari beberapa kata, tapi maknanya luar biasa. Kata itu merupakan sebuah pepatah yang mengandung arti, bahwasanya kita hidup di Dunia ini hanya sekali, maka jangan sampai disia-siakan. Kita harus mampu menjadi manusia yang bermanfa'at, baik untuk diri kita sendiri, maupun untuk orang lain."
    Wah, itu sebuah maksud yang sangat baik sekali tentunya. Oh ya, di zaman globalisasi seperti sekarang ini, yang namanya prinsip hidup atau motto itu sudah hampir dianggap tidak ada gunanya lagi oleh sebagian dari masyarakat kita. Apalagi para remaja yang terkadang melakukan sesuatu sesuka hati mereka tanpa berpikir akibat dari apa yang mereka lakukan. Tapi ingat, hanya sebagian orang kok, tidak semuanya.
     Padahal, sebuah motto atau prinsip hidup itu wajib dimiliki setiap orang. Tentunya masih ingat kan dengan bunyi pepatah arab (Mahfudzat) yang mengatakan;
"..Perangai Jelek itu menular.."
Coba kita pikirkan saja, jika kita tak mempunyai sebuah prinsip dan kita salah bergaul, dalam artian berteman dengan orang-orang yang mempunyai perangai atau prilaku jelek, akan bagaimana jadinya kita?! Yang ada malah terbawa arus dari perangai jeek itu. Yang pada akhirnya, diajak maksiat, mau. Diajak bolos sekolah, nurut. Dan diajak main dengan lawan jenis, hayu aja. Itu disebabkan karena tidak memilki prinsip hidup.
Namun jika kita memiliki prinsip hidup, meskipun kita bergaul dengan orang-orang yang memilki perangai jelek, setidaknya kita masih punya satu acuan yang akam menjadi kontroling bagi prilaku kita, tiada lain prinsip itu sendiri. Dengan begitu, sekeras apapun mereka mencoba mengajak kita pada kejelekan, tentunya kita akan selalu teringat pada prinsip hidup kita itu. Sehingga, akan kecil sekali kemungkinan untuk tertular dari perangai jelek mereka.
   Eh, tahu tidak? ternyata prinsip itu juga bisa menjaga harga diri kita lho!, otomatis jika kita sudah mampu menjaga harga diri kita dengan kokoh, maka orang lainpun akan balik menghargai kita.Tuh, ternyata punya prinsip hidup itu penting banget kan?...
   Well, kembali kepembahasan awal, yaitu tentang motto PonPes kita tercinta, yang bunyinya " Hidup sekali hiduplah yang berarti ", Btw, ada pesan khusus lho buat kita-kita semua terutama buat para remaja yang lagi dalam masa pubertas. Ustadz Budi Syihabuddin berkata,
   " Sekali hidup jadi remaja, harus jadi remaja yang berarti serta punya kualitas tinggi. Baik kualitas keilmuannya, akhlak, karakter, maupun ibadah. Jadilah manusia yang anfa'linnas. Jangan buang waktu dan buang umur untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Kan dalam mahfudzat juga dikatakan, Waktu itu lebih berharga daripada emas. Jadikanlah bermain itu untuk belajar, dan jangan jadikan belajar itu untuk bermain.
Banyak-banyaklah menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat dan juga terus beribadah pada Allah SWT."
    Ternyata walauun pesannya tidak sepanjang daftar belanjaan Qismu Syirkah, (Penjaga Koperasi, red) tapi itu sangat patut sekali kita terima dan renungkan. Menurut beliau lagi, " Tujuan dari motto pondok ini juga ingin bisa memotivasi santri dan santriwatinya agar tidak menyia-nyiakan waktu dan menggunakan setiap kesempatan untuk beribadah."
   Benar juga ya, tanpa sebuah motivasi memang menjalani hidup itu akan terasa berat, karena tidak ada yang jadi pendukung dan penyuport semangat kita. Sebenarnya yang menjadi motivator kita itu tidak hanya harus orang lain saja, melainkan kita kita sendiri yang harus menjadikan diri kita sebagai motivator bagi diri kita sendiri. Karena tidak selamanya orang lain itu akan selalu ada disamping kita.
   Jadi, mulailah dari sekarang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai disia-siakan. Karena apa? karena waktu itu tidak bisa diputar kembali. Jadikanlah hidup kita yang sekali ini menjadi hidup yang indah dan juga berarti untuk diri kita dan orang lain. Jangan sampai punya motto, " Hidup Sekali, Hiduplah Sesuka Hati ". Seperti selogan teman yang menyelewengkan motto indah dan bermakna itu. Sungguh TERLALU! Dan ingat, jangan mau jadi bunglon. Berubah-ubah warna bagaimana warna yang Ia temapati. Berpegang teguhlah pada pendirian yang kita yakini adanya.



    Friends, sebenaarnya hidup itu indah sangatlah indah, apabila kita mengisinya dengan senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Waktu yang telah berlalu dengan diisi kesia-siaan, biarlah berlalu. Tapi waktu sekarang jangan sampai sia-sia untuk dikenang dimasa yang akan datang. Semestinya, masa sekarang ini harus menjadi masa yang berarti untuk kemudian dikenang dimasa yang akan datang nanti.
Maka, teruslah teriakan dalam hati,
"..HIDUP SEKALI, HIDUPLAH YANG BERARTI.."
agar Ia selalu menjadi sebuah motivator yang selalu menemanimu dan tak akan pernah berakhir.